TIDAK BELAJAR : SENI WAYANG ORANG YANG MULAI HILANG

Bagi masyarakat jawa, wayang merupakan ekresi seni buadaya yang memiliki nilai tinggi dimasyarakat. Sebagai bagian dari nafas hidup masyarakat, wayang seolah oleh menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam interaksi kehidupan. Keberadaan wayang orang, yaitu sebuah drama seni pementasan di panggung terbuka secara 'live' wayang merupakan mendia hiburan yang sekaligus media pendidikan nilai nilai budaya bagi sebagian besar masyarakat jawa. Bahkan dalam perkembangannya wayang seolah olah menjdai milik indonesia karena dikembangkan oleh para transmigran ke pelosok negeri sebagi suatu identitas budaya. Wayang orang memang berbeda dengan wayang kulit, karena wayang orang merupakan suatu perkumpulan orang dengan minat dan bakat ketertarikan dalam seni drama pementasan budaya jawa. Pada masa jayannya para pegiat wayang orang melakoni hidup dalam dunia wayang yang sering disebut dengan 'tobong', yaitu suatu koloni kehidupan para pemain, musisi dan keluargnya hidup berpundah pindah untuk menghibur masyarakat dari suatu tempat ke tempat yang lain. 
Ketika jaman berubah dan perkembangan teknologi mulai masuk dalam berbagai lini kehidupan, keberadaan wayang orang digeser oleh media elektronik yang lebih gemerlap dan berkembang cepat. Kini wayang orang seolah oleh telah hilang dari kejayaannya. Hnya sebagian kecil pegiat wayang orang yang masih bertahan dengan idealismenya. Wayang tidak lagi menjadi nafas hidup, bahkan bagi pemainnya sendiri wayang seolah membikin hidup semakin sulit untuk bernafas.
Perspektif Organisasi Belajar
Dalam perpektif Organisasi belajar, suramnya pamor Wayang dalam pentas kehidupan masyarakat terjadi karena tidak adanya tranformasi pengetahuan. Proses belajar sangat sulit terjadi dilingkungan komunitas wayang orang. Jika organisasi sudah sulit untuk belajar atau tidak mau belajar maka sebenarnya lonceng kematian telah dibunyikan. Seagai sebuah organisasi, komunitas wayang bisa bertahan hidup jika belajar pada perkembangan dunia luar. Marquardt menjelaskan salah satu hal penting dalam belajar adalah kemauan menggunakan sistem informasi termasuk didalamnya adalah perkembangan teknologi dan melakukan aplikasi teknologi tersebut dalam organisasi.
Sejarah Wayang mulai ditinggalkan pada saat hiburan di dunia elktronika merebak dengan pesat dan menjadi pilihan kalangan muda. Ketika wayang sudah tidak dilirik oleh kalangan muda bahkan dari lingungan komunitas sendiri sebenarnya komunitas wayang sudah mulai kehilangan partner untuk meneruskan komunitasnya. oleh karena itu dalam posisi tersebut  4 hal penting yang perlu diperkuat menurut Marquardt adalah Visi Komunitas, Cullture ( Budaya), Strategi, dan Structure. Sangat dimungkinkan visi komunitas wayang memang tidak berubah dan dikritisi oleh para anggota nya, sehingga dunia luar mulai meninggalkan. Strategi yang dibangun  dalam mengelola pewayangan mungkin juga tidak menggunakan pendekatan manajeman yang jelas meskipun secara sederhana. Pendekatan yang hanya berdasar pada siapa suka, sebagai ekpresi komunitas informal. Komunitas wayang seharusnya melakuka action perubahan dan belajar dari komunitas komunitas seni pentas yang lain. 
Visinya mungkin harus berubah dari Pakem (aturan bakunya) nya yang mungkin terlalu kaku dan tidak adaptif. Pewayangan harus mau bersinegi sebagi suatu bentuk learning dengan pementasan dan karakter seni yang sama. Sinergi dilakukan agar proses belajar menjadi lebih produktif. Sinergi akan dapat mengjasilkan 'pendapatan' lebih banyak dari sekedar kerjasama. Manajemnnya pun harus berbasis pada belajar, agar selalu mendapatkan pengetahuan baru. "Pentas Wayang " yang kreatif dan tidak hanya menggunakan cerita yang monoton tentu akan dirasakan berbeda. Patilah kan menimbulkan masalah dan tanggapan yang beragam dari masyarakat, tetapi perlu dijelaskan,  dan wayang perlu  mengambil peran posis dalam kehidupan pada saat masyarakat mulai berubah, atau ditinggalkan sama sekali oleh para penggemarnya. Maka tidak ada yang disesali, jika tidak ada proses learning, di kemudian hari benar benar wayang hanya menjadi sebuag kenangan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEBELAS HUKUM DISIPLIN KELIMA PETER SENGE

16 LANGKAH MEMBANGUN ORGANISASI BELAJAR